WARNING: This topic is too open and this is my own opinion. Stay peace if you disagree!
Aduh, judulnya seram amat! Tenang, ini bukan curhatan seram tipe-tipe yang ada di majalah wanita itu kok.
Baru-baru ini gue baca buku yang katanya seksualitas wanita itu kayak musim. Ada musim panas, musim dingin, musim semi dan musim gugur. Sementara kalo pria, musim panas terus. Anggap gue kolot tapi gue masih termasuk orang yang menganggap kewajiban seorang istri itu untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani suami.
Every weekend, as some of you might know, laki gue itu suka minum-minum. Nah, belakangan semenjak hamil gue sensitif banget dengan bau alkohol dan bau rokok. Suka eneg-eneg gitu. Mamat pun tahu kalo dia bau alkohol, gue pasti nggak mau intimate and he understands it. Buat yang belum tahu (bersyukurlah kalian!) bau alkohol itu paling parah the day after. Maksud gue bau alkohol dari bau badan dan bau nafasnya. Belum lagi sekujur badan dan rambut yang bau rokok. Apesnya, the day after itu juga waktu dimana dia di tingkat tinggi horny-nya. Gue nggak tahu apa ini Mamat doang atau lelaki lain juga begitu. Di saat-saat seperti inilah gue jadi serba salah. Kalo dipaksa gue yang eneg, kalo nggak kasian ama laki gue disuruh kawin sama tangan (ups!). Anyway, most of the time I was saved (thanks to Aria) but also there was some times that I was not.
Memasuki trimester kedua kehamilan, jujur libido gue menurun. Hilang nafsu, istilahnya. Mungkin bawaan hamil dan hormon atau karena kondisi kita juga yang sering berantem, I dont know. Nah, yang kasihan ini si Mamat. Daripada (amit-amit jabang bayi) dia jajan di luar, gue pun harus mengalah karena itu pun sudah jadi kewajiban gue. Tubuh gue sudah bukan milik gue sendiri tapi hak suami gue. Untungnya, walaupun tengil-tengil begitu, si Mamat menghormati gue. He never force himself on me.
Ketika gue mengalah dan tetap mau intim biar nggak mengecewakan suami, padahal gue sendiri pun nggak menikmatinya, sempat terbersit di pikiran gue, "Apa ini rasanya diperkosa?" Tapi gue segera menepis pikiran itu because that kind of thought was so disturbing. Dan tahu nggak? Pada akhirnya, gue nggak menyesal karena mengalah. Especially after see his happy face. Yes I did not enjoy it but he is my husband. Not just some random stranger.
Kesimpulannya, menurut gue nggak ada istilah diperkosa suami sendiri. Gue nggak tahu bagaimana kehidupan seks pasangan lainnya tapi menurut gue, suami punya hak atas istrinya. BUT, bukan berarti si suami bisa seenaknya dan sampai melanggar batas ya. Gue bukan ahli dalam pernikahan atau relationship, wong nikah aja baru 2 tahunan. Tapi "batas" itu sendiri ya urusan pasangan masing-masing. Sampai semanakah pasutri menarik garis batas.
Kalo ada yang mau komentar tapi nggak mau di-publish atau ada yang mau curhat, boleh kok email gue di mrsbulee(at)gmail.com
Wah kalo ak gakuat nyium bau roko, kalo bau alkohol gatau. Pengalaman sih justru suh setelah lahiran karena hormon jadi ga haid 10 bulan. Tp sebisa mungkin melayani itu harus ya cz amit2 klo ada pelakor kan lbh serem lagi, semangat mba😉
ReplyDeleteBener Mbak. Aku waktu itu abis lahiran 3 minggu udah harus memenuhi 'kewajiban' hihi abis uda berenti pendarahannya juga sih ya.
DeleteTapi emang bener Mbak, sebisa mungkin harus bisa melayani apalagi lagi musim pelakor gini, hiiii.
x